PENINGKATAN
MUTU TEMBAKAU
MUTU TEMBAKAU
I. Tanaman Tembakau
- Tanaman tembakau dibudidayakan di Indonesia lebih dari 5 abad yang lalu berasal dari tanaman Nicotiania Tabacum LINN. Dibudidayakan didaerah tertentu, ditanam di akhir musim penghujan dikenal dengan tanaman Voor Oogst (Kasturi, Virgin, FC, TBN, Bes Nota dll.) dan ditanam diakhir musim kemarau dikenal dengan tanaman Na Oogst (tembakau cerutu), dikeringkan dengan berbagai cara sesuai dengan jenisnya (flue cured, air cured, sun cured)
- Tembakau merupakan tanaman specifik, hasilnya untuk bahan baku pabrik rokok cigaret, kretek dan cerutu. Hasil produksi tanaman tembakau sebagian besar dipasarkan di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan sebagian untuk bahan export (tembakau cerutu, virginia, FC)
- Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dipasarkan, baik di dalam negeri maupun export adalah MUTU.
- Harga tembakau tidak tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan, tetapi lebih cenderung pada penilaian MUTU.
II. MUTU TEMBAKAU
Mutu
atau kualitas tembakau mempunyai peran penting didalam penentuan Harga.
Pemahaman tentang mutu tembakau
didasarkan atas :
- Sifat-sifat organoleptis yaitu sifat yang nampak tanpa bantuan uji laboratorium dan umumnya bersifat subjektif.
- Sifat-sifat instrinktif, yaitu kandungan yang terdapat didalam daun baik kandungan bahan fisika dan kimia.
- Pertimbangan ekonomi, yaitu didalam perkembangan pasar global unsur-unsur yang bersifat ekonomi juga mempengaruhi harga yang pada akhirnya dikaitkan dengan persyaratan mutu antara lain :
v Residu
pestisida
v Non
Tobacco Related Material (NTRM)
v Social
Responsibility Tobacco Program (SRTP)
- Sifat mutu atas dasar Organoleptis antara lain :
v Posisi
daun pada batang (stalk position)
v Ukuran
daun dan warna (size, colour)
v Tekstur
dan struktur daun
v Kerusakan
daun (broken)
v Kecacatan
daun (demages)
v Bau
tanah dll. (smell)
v Non
Tobacco Related Material (NTRM)
- Sifat-sifat atas dasar Instrinktif (dalam) antara lain :
a. Fisika daun -
daya pegas (filling power)
-
Elastisitas (elasticity)
-
Kandungan air (hygrocapasity)
-
Kekuatan lembar daun (mechanical resistince)
b. Kimia daun -
Kandungan gula (sugar content)
-
Nicotine
- Bahan alkali dalam daun
-
Nitrogen
-
Protein Nitrogen
-
Residu pestisida
- Pertimbangan ekonomi yang masuk didalam unsur kualitas antara lain:
v Residu
pestisida
v Kebutuhan
pasar global atau pasar lokal dibanding dengan persediaan (supply and demand)
v Kemampuan
exporter di dalam melaksanakan Social Responsibility Program yang dikembangkan
oleh BAT.
v Perubahan
selera pasar, contoh semula tembakau painting wrapper (PW) kurang disukai oleh
pembeli, saat ini untuk cigarillos tembakau PW dapat dipakai, maka tembakau PW
dapat ditingkatkan harganya.
III. Pembentukan
Mutu Tembakau
Didalam
pengelolaan tanaman tembakau, pembentukan kualitas tembakau dilakukan pada :
- Teknik Budidaya tembakau di lapang (Good Tobacco Practices)
v Pemakaian
benih unggul
v Pemilihan
dan pengolahan lahan
v Penanaman
dan pemeliharaan
v Pemberantasan
hama dan penyakit.
- Pemetikan dan Pengeringan
v Untuk
tembakau cerutu setelah tanaman berumur ± 55 hari pemetikan dilakukan pagi
hari, dipetik sesuai posisi daun, tiap petik 2-3 lembar.
v Pengeringan
dilakukan di gudang pengering, bersifat air cured dengan memperhatikan :
v Kondisi
gudang pengering siap panen
v Rasio
gudang pengering dengan jumlah tanaman
v Persediaan
bahan bakar penunjang (kayu bakar) cukup
v Menguasai
cara-cara pengeringan dengan baik
v Pengolahan
di gudang pengolah (exportir) yang meliputi :
v Fermentasi
yang masak
v Sortasi
yang sesuai arah pasar
v Mencegah
hama Lasioderma
v Pengemasan yang memenuhi syarat
(kadar air, kerataan sortasi dsb)
IV. Gangguan
Pembentukan Mutu
- Ditanaman
Disamping
gangguan cuaca yang kurang baik, terdapat gangguan dari penyakit tanaman yang
dapat menurunkan produktivitas dan kualitas.
- Hama tanaman a.l :
v Ulat
daun (spodoptera litura
v ulat
pupus (helicovezpa spp)
v ulat
tanah
v kutu
daun (myzuz pecicae, trips tabaci, bernicea tabaci)
- Penyakit tanaman a.l :
v Penyakit
lanas (jamur) phytopthora nicotianae
v Penyakir sercos, mati kulai phytium
apharidermatea
v Penyakit
patik, tol-tol sercosphora nicotianae
v Penyakit
mozaik, TMV dsb
- Gudang Pengering
Di
gudang pengering gangguan terhadap mutu pada umumnya disebabkan perlakuan pasca
panen yang kurang seksama (pengankutan tembakau hijau, penyundukan yang kurang
tertib dll). Disamping itu kondisi gudang pengering yang kurang memenuhi syarat
(atap kurang rapat, dinding berlubang), ratio gudang pengering dengan jumlah
tanaman, kecukupan bahan bakar.
- Gudang Pengolah
Penurunan
kualitas di gudang pengolah adalah antara lain :
- Kondisi tembakau yang terlalu basah, tembakau jadi berwarna hitam dan fermentasi tidak sempurna.
- Sortasi yang kurang seksama, mengakibatkan banyak tembakau yang menjadi pecah karena dipegang tangan lembar per lembar (lebih dari 5 kali dipegang tangan per lembar daun)
- Kelembaban yang tinggi di dalam gudang pengering, menyebabkan tembakau berjamur
- Pengamanan terhadap hama lasioderma cericome F yang merusak daun kering dengan melubangi daun sehingga mutunya sangat menurun. Disamping kebersihan lingkungan, diwajibkan hapus hama sebelum export (COF)
V. Persyaratan
Mutu Tembakau Cerutu Export
- Tembakau Cerutu yang diexport dibagi menjadi 3 mutu sesuai dengan penggunaannya, yaitu :
- Pembungkus (deckblad, wrapper)
- Pembalut (omblad, binder)
- Isi (fulsel, filler)
- Untuk mutu pembungkus (Deckblad).
Disamping persyaratan umum yaitu
tipis, elastis, warna rata, ukur diatas 30 cm, dibutuhkan persyaratan khusus
yaitu daun utuh, tidak pecah, tidak lubang yang disebabkan oleh gangguan hama
atau tangan-tangan manusia.
VI. Upaya
Peningkatan Mutu Tembakau
- Dengan melaksanakan GTP yang baik, didukung oleh cuaca yang baik pula, diharapkan akan memperoleh mutu yang baik. Gangguan yang terbesar didalam mencapai mutu yang baik adalah adanya Hama dan Penyakit baik di tanaman dan di gudang pengolah.
- Beberapa cara untuk mengantisipasi gangguan hama dan penyakit a.l :
- Mencari ulat secara mekanik
- Mencabut tanaman yang sakit dan dimusnahkan
- System Early Warning System (EWS)
- Mempergunakan pestisida dengan system Pemberantasan Hama Terpadu
- Khusus untuk hama lasioderma di gudang pengolah dengan mempergunakan Fumigasi Phospin atau perangkap lampu
- Pengendalian hama dan penyakit dengan mempergunakan Pestisida merupakan salah satu upaya mengatasi gangguan. Namun dengan mempergunakan bahan-bahan kimia akan meninggalkan residu (sisa-sisa) pestisida yang menjadi isu yang harus diperhatikan. Pengendalian hama dan penyakit dengan mempergunakan bahan-bahan kimia yang lebih selektif sangat diperlukan.
VII. Residu Pestisida
- Penanaman tembakau pada saat ini masih mempergunakan pestisida yang merupakan racun-racun untuk memberantas hama dan penyakit. Permasalahan timbul karena adanya sisa-sisa bahan racun yang masih melekat pada daun-daun yang siap diexport atau sudah dibuat cerutu sekalipun.
Banyak negara yang sudah
mensyaratkan ambang-ambang residu pestisida. Dimasa mendatang pasar
international tembakau sudah mewajibkan para exportir untuk menganalisa sendiri
kandungan residu bahan-bahan beracun a.l :
v Karbendazin, termasuk
senyawa-senyawa metiltriofanat dan benomil
v Logam
berat a.l : Cu, Pb, Cadmium
v TSNA
(Tobacco Specific Nitrat Amoni)
v B(a)
P (Benzo a Pirene)
Didalam
daftar Coresta terdapat lebih dari 100 ambang batas residu bahan aktif yang
dilarang.
- Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk tembakau Besuki NO a.l :
v Kesepakatan penggunaan pestisida
yang disusun oleh Dinas Perkebunan Kehutanan Jember bersama dengan para
exportir.
v Sosialisasi kepada petani untuk
mempergunakan pestisida yang ramah lingkungan
v Pengusahakan pemakaian bio pestisida
yang tidak mengandung bahan kimia beracun.
- Dimasa mendatang diharapkan adanya Laboratorium Penguji yang dapat memberikan surat keterangan hasil penelitian kandungan residu pestisida (PSMB / LT)